top of page

Hasil Pencarian

13 hasil ditemukan dengan pencarian kosong

  • Separation Anxiety

    Masa pandemi sedang menuju endemi. Kehidupan perlahan-lahan kembali normal, meski waspada dan mematuhi protokol kesehatan tetap harus dilakukan. Sekolah pun sudah menerapkan pembelajaran tatap muka penuh. Artinya, anak-anak kembali datang ke sekolah untuk belajar, bukan lagi belajar dari rumah secara daring. Pemberlakukan pembelajaran tatap muka secara penuh, bertepatan dengan dimulainya tahun ajaran baru patut disambut dengan suka cita. Namun kita juga akan menghadapi masalah-masalah, yang biasa dihadapi orang tua atau pendamping anak dalam pembelajaran tatap muka. Khususnya untuk anak-anak usia dini, terkhusus yang baru pertama kali masuk sekolah. Masalah yang tentu saja harus dihadapi dengan suka cita pula. Salah satunya adalah masalah kelekatan anak pada orang tua / pendamping anak di rumah. Untuk anak usia dini / prasekolah, terutama yang baru pertama kali masuk sekolah, sering terjadi bahwa anak menangis, tidak mau ditinggalkan oleh orang tua di sekolah, tidak mau masuk sekolah, atau begitu sampai di sekolah langsung minta pulang ke rumah. Anak prasekolah umumnya akan melalui masa penyesuaian diri, sebelum beradaptasi sebagai anggota kelompok. Penyesuaian diri seperti ini normal. Reaksi anak menghadapi perpisahan dengan orang tua berbeda-beda. Kecemasan dan tangisan adalah hal yang wajar pada minggu-minggu pertama mereka di Kelompok Bermain atau Taman Kanak-Kanak. Tingkat kecemasan tiap anak berbeda-beda. Ada yang cepat beradaptasi dan berani bersosialisasi dengan lingkungan barunya. Ada pula yang butuh waktu lebih lama untuk beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Untuk mendukung kemandirian anak, diperlukan kerjasama antara orang tua dengan pendidik. Tips: Berbicaralah dengan tenang dan santai bahwa kita tidak bisa ikut masuk dan menemaninya bermain. Pahamilah perasaan anak kita dan bersikaplah positif terhadap perasaannya. Informasikan bahwa kita menunggu di ruang tunggu, atau jika pulang yakinkan bahwa kita akan menjemputnya tepat waktu. Sebutkan nama teman atau pendidik untuk menumbuhkan rasa akrab, katakan bahwa dia akan senang bermain dengan teman-temannya. Berikan pelukan atau ciuman sebelum kita meninggalkannya. Jangan pergi terburu-buru, menunjukkan keraguan atau kecemasan. Anak dapat merasakannya dan membuatnya makin sulit ditinggalkan. Yang terpenting adalah kerjasama dengan pendidik dan bersikap konsisten dengan kesepakatan yang sudah kita buat dengan anak.

  • Training Karyawan : Resiliensi di Masa Pandemi

    Sekolah boleh libur, tapi belajar tak kenal berhenti. Keluarga besar Pelangi Indonesia memanfaatkan jeda kegiatan belajar mengajar semester ini untuk menyelenggarakan training bagi edukator, staff maupun semua karyawan Pelangi Indonesia. Hadir sebagai narasumber adalah Ms Yeni dan Mr. Oki. Ms. Yeni yang berprofesi sebagai psikolog ini merupakan owner dan direktur Pelangi Indonesia, serta berpraktik sebagai psikolog Sekolah Pelangi Indonesia maupun Rumah Psikologi Pelangi Indonesia. Pada training kali ini Ms. Yeni membawakan tema yang relevan dengan suasana yang sedang kita hadapi selama dua tahun terakhir, yaitu "Resiliensi di Masa Pandemi". Resiliensi diartikan sebagai kemampuan untuk pulih kembali setelah mengalami kesulitan atau tantangan hidup. Salah satu strategi untuk mengembangkan resiliensi adalah dengan menyusun daftar hal-hal yang kita inginkan maupun tidak kita inginkan, yang kita miliki maupun yang belum kita miliki, dan dikelompokkan ke dalam empat kuadran : kuadran 1 : hal-hal yang kita inginkan dan sudah kita miliki kuadran 2 : hal-hal yang tidak kita inginkan tapi kita miliki. kuadran 3 : hal-hal yang kita inginkan tapi tidak kita miliki kuadran 4 : hal-hal yang tidak kita inginkan dan tidak kita miliki Masing-masing kuadran perlu disikapi dengan cara yang berbeda. Misalnya dalam kuadran 1 kita mencantumkan pekerjaan. Kita menginginkan pekerjaan, dan sudah memilikinya. Sikap yang tepat adalah mempertahankan hal itu, dengan cara bekerja sungguh-sungguh dan penuh integritas, melakukan tugas dengan baik, serta terus belajar untuk mengembangkan karier. Kemudian dalam kuadran 3, salah satu poin yang kita cantumkan adalah rumah. Hal itu juga menuntut sikap yang sesuai untuk bisa mencapainya, misalnya dengan cara menabung, mengambil KPR, atau mencari penghasilan tambahan untuk mewujudkan keinginan tersebut. Ketika rumah sudah berhasil kita miliki, poin tersebut kita pindah dari kuadran 3 ke dalam kuadran 1. Perlu dicatat bahwa hal-hal yang bisa dicantumkan dalam masing-masing kuadran bukan hanya benda-benda konkrit, tetapi juga kegiatan, kemampuan/keahlian tertentu, maupun hal-hal non benda lainnya. Misalnya hobby, peluang karier, waktu luang untuk keluarga, interaksi sosial, ketenangan hidup, kesempatan untuk melakukan pelayanan sosial, dan sebagainya. Pada sesi kedua, Mr Oki yang juga merupakan co-owner Pelangi Indonesia membawakan topik Pendidikan Musik di Sekolah. Mr Oki menekankan pentingnya pendidikan musik dilakukan sejak usia dini. Banyak manfaat yang bisa didapatkan anak dengan belajar musik, antara lain : Meningkatkan kemampuan akademik. Salah satunya matematika. Dengan mengenal ketukan, ritme, dan skala dalam musik, anak-anak belajar melakukan pembagian, membuat pecahan, dan mengenali pola. Mengembangkan keterampilan motorik. Ketika memainkan alat musik (perkusi, piano, gitar, marakas, dan lain-lain), anak mengembangkan keterampilan motoriknya, khususnya koordinasi mata, tangan dan kaki. Memupuk keterampilan sosial. Banyak aktivitas musikal dilakukan dalam tim atau kelompok, misalnya orkestra, konserto, ensambel, maupun paduan suara. Dengan bermain musik dalam kelompok, anak-anak belajar bekerja sama, saling mengerti dan memahami antar anggota kelompok. Melatih disiplin dan kesabaran Meningkatkan rasa percaya diri Proses pembelajaran musik di sekolah perlu dilakukan melalui tahap-tahap tertentu, antara lain mengenal ritme, melodi, dan harmoni. Masing-masing tahap perlu dikenalkan dan dikuasai dengan cukup baik sebelum beranjak ke tahap berikutnya. Dalam training tersebut, peserta juga dikenalkan dengan not balok, yang merupakan notasi standar yang digunakan dalam dunia musik. Peserta juga mendapatkan tips serta triks mengenai cara mengenalkan musik kepada anak dengan metode bermain yang menyenangkan.

  • Read Aloud for Parents

    Reading aloud atau membaca nyaring, tentunya merupakan kegiatan yang sudah tidak asing lagi bagi kita, khususnya para orang tua, pendidik, pendamping maupun pemerduli anak. Kita membacakan cerita bagi anak, mungkin sebagai pengantar tidur, atau untuk pendidik dilakukan saat pembelajaran di kelas. Tidak mustahil, kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan favorite bagi anak-anak kita. Selain untuk menjalin kedekatan dengan anak, membacakan cerita ternyata juga memiliki segudang manfaat lainnya. Kegiatan bermanfaat untuk menambah kosa kata yang digunakan anak dalam berbicara, memahami bacaan, menulis, dan berkomunikasi. Membaca nyaring juga memperkaya imajinasi dan mengasah kreativitas mereka. Anak juga akan melihat kita sebagai teladan, khususnya dalam memotivasi mereka untuk mengembangkan kegemaran membaca. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi sarana yang tepat untuk menyampaikan nilai-nilai karakter yang baik tanpa terkesan menggurui. Mengingat pentingnya dan besarnya manfaat membaca nyaring tersebut, maka pada kesempatan ini Pelangi Indonesia menyelenggarakan Parent Meeting dengan mengambil tema, "Read Aloud for Parents". Hadir sebagai narasumber adalah Kak Resa dan Kak Elsa dari Komunitas Read Aloud Jogja. Banyak informasi dan tips-tips menarik dan bermanfaat yang bisa kita petik dari paparan narasumber. Antara lain, Kak Elsa memberikan tips mengenai cara membaca nyaring (membacakan cerita), yaitu: Baca buku terlebih dahulu. Berikan waktu beberapa saat bagi anak untuk mempersiapkan diri. Sebelum membaca, sebutkan identitas buku (judul, nama pengarang, penerbit, dan sebagainya). Saat pertama kali membacakan buku tersebut, diskusikan ilustrasi yang ada di sampul bukunya. Libatkan anak dengan sesekali bertanya, menebak jalan cerita selanjutnya, dan mengajaknya membalik buku. Gunakan ekspresi maupun warna suara saat membaca, sesuai dialog yang ada. Luangkan waktu untuk diskusi setelah membacakan nyaring. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat membacakan cerita : Memilih waktu yang nyaman, baik bagi orang tua maupun anak. Memberikan beberapa pilihan buku pada anak, dan mengajak anak memilih buku yang disukainya untuk dibaca bersama. Sedangkan hal-hal yang harus dihindari saat membacakan buku antara lain : Membaca buku dengan terburu-buru. Memaksa anak untuk memilih buku tertentu. Memaksa anak untuk diam dan mendengarkan selama cerita dibacakan. Terburu-buru mengakhiri kegiatan membacakan cerita.

  • Bumiku Hanya Satu

    Kepedulian pada lingkungan merupakan salah satu keistimewaan Lembaga Pendidikan Pelangi Indonesia. Salah satu kriteria atau ciri khas lulusan Pelangi Indonesia adalah tingkat kepeduliannya yang tinggi pada lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Hal ini sejalan dengan visi Pelangi Indonesia, yaitu "Mendampingi anak menjadi cerdas dan seimbang secara moral, intelektual, emosional, sosial, dan fisik dalam prosesnya menjadi manusia yang utuh dan peduli lingkungan alam maupun sosialnya.” Karena itulah, pada suatu masa sebelum pandemi, Pelangi Indonesia memilih tema "Kepedulian terhadap Lingkungan" sebagai salah satu topik dalam rangkaian kegiatan training pendidik, staff dan karyawan Pelangi Indonesia. Dalam training tersebut, kami menghadirkan narasumber Rian Agustina, S.Pd., atau akrab dipanggil Miss Rian, yang merupakan edukator dan Kepala TK Pelangi Indonesia. Berdasarkan visi tersebut, maka baik pendidik, staff maupun karyawan Pelangi Indonesia bertugas mengarahkan siswa-siswa agar selalu peduli terhadap lingkungan alam maupun sosial. Seluruh staf juga harus bisa menjadi panutan karena salah satu cara mendidik yang paling efektif adalah dengan memberikan contoh nyata kepada anak-anak. Dengan demikian, isu tentang kepedulian lingkungan yang telah diintegrasikan dalam proses pembelajaran maupun kebiasaan sehari-hari dapat dipahami dengan baik. Kepedulian terhadap lingkungan dapat dimulai dari hal-hal yang sederhana, dan dekat dengan kehidupan sehari-hari, misalnya aktivitas sehari-hari seperti penggunaan kendaraan bermotor dan peralatan elektronik. Kebiasaan yang keliru dalam aktivitas-aktivitas tersebut akan berakibat pada pemborosan energi dan rusaknya lingkungan, khususnya timbulnya efek rumah kaca. Efek rumah kaca membuat suhu bumi meningkat sehingga terjadi perubahan iklim yang ekstrem. Karena itu, aktivitas yang menghasilkan gas-gas rumah kaca sebaiknya dilakukan dengan cermat dan seminimal mungkin. Gas-gas rumah kaca yang dimaksud adalah karbon dioksida, belerang dioksida, nitogen monoksida, nitrogen dioksida, metana, dan klorofluorokarbon. Selain aktivitas sehari-hari, pengelolaan sampah yang benar juga penting untuk menjaga kondisi lingkungan. Beberapa jenis sampah membutuhkan waktu yang sangat lama untuk diurai. Seperti yang dapat kita lihat pada tabel di bawah ini. Sampah non organik membutuhkan waktu belasan hingga jutaan tahun untuk dapat terurai dengan sempurna. Bahkan ada pula sampah yang tidak bisa terurai yaitu styrofoam yang tentu akan berdampak negatif bagi kondisi tanah, lingkungan, serta kehidupan makhluk hidup. Para peserta training juga saling berbagi informasi mengenai kebiasaan baik yang meskipun kecil akan berdampak besar bila dilakukan secara berkelanjutan. Misalnya berperilaku hemat energi dengan menggunakan listrik sesuai kebutuhan, menerapkan kebiasaan sehat seperti berjalan kaki atau bersepeda, cermat menggunakan air, dan sebagainya.

  • Pentingnya Anak Belajar Memasak

    Memasak, tentunya merupakan salah satu keterampilan praktis terpenting yang diperlukan dalam hidup sehari-hari (lifeskill). Semua orang perlu makan. Dan salah satu cara menghasilkan makanan yang paling umum adalah dengan memasak. Meski anak-anak kita tidak bercita-cita menjadi chef atau koki, tetapi mereka perlu belajar memasak setidaknya dasar-dasarnya, serta berlatih menghasilkan masakan sederhana. Memasak air, memasak nasi, membuat susu, menggoreng telur.... Tentu disesuaikan dengan usia dan perkembangan kemampuannya. Selain itu, kegiatan memasak (bersama) juga memberikan banyak manfaat bagi anak terutama usia dini, antara lain : Mengembangkan Keterampilan Dasar Keterampilan dasar tersebut antara lain konsep dasar matematika dan kemampuan berbahasa. Dengan menghitung jumlah telur yang diperlukan saat memasak, menuangkan air sejumlah sekian gelas, menimbang gula maupun tepung, secara alami anak belajar konsep matematika dasar. Selain itu, anak juga punya kesempatan mengenal kata-kata baru, yang dengan demikian menambah kosa katanya. Gula, coklat, telur, garam, tomat, wortel, brokoli, minyak goreng, blender, kompor, penggorengan, kulkas, sendok, garpu.... Semua itu bisa dikenalkan pada anak dengan cara praktek langsung dan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga anak akan lebih menyerap dan mengingatnya. Bereksplorasi dengan Panca Indera Anak belajar dengan menggunakan panca inderanya untuk bereksplorasi, bertualang, menjelajah. Dan dapur tentu saja merupakan salah satu tempat yang tepat untuk itu. Ajak anak untuk mendengarkan desiran mixer, mengamati warna-warni bahan makanan, meremas-remas adonan, membaui bumbu atau sayur yang baru dimasak, mencicipi masakan. Siapa tahu mereka jadi tertarik dan ingin mencobanya. Meningkatkan Selera Makan Anak Sebagian anak kadang-kadang sangat pemilih dalam hal makanan. Mereka akan sulit untuk diajak mencicipi makanan baru. Dengan mengajak mereka memasak (dan makan bersama), sangat mungkin mereka akan tergugah selera (dan keberaniannya) untuk mencicipi makanan baru. Hal ini dialami penulis waktu membawakan program Cooking di sekolah. Waktu itu kami membuat roti pisang. Bahan dan caranya sederhana, yaitu roti tawar diisi pisang kemudian digulung. Karena sederhana, semua anak bisa melakukannya. Dan mereka semua mau makan masakannya, termasuk anak yang sebelumnya belum mau (belum pernah) makan pisang. Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak-anak suka memamerkan kemampuannya (dalam arti positif), terutama keterampilan barunya. Mereka senang menunjukkan bahwa mereka bisa. Bila kita memberikan respon positif, misalnya berupa senyuman, pujian, acungan jempol, atau sekedar ekspresi takjub, mereka akan merasa senang dan bangga. Rasa percaya dirinya akan mengembang, dan mereka akan terdorong untuk belajar, berlatih keterampilan-keterampilan baru lainnya, atau mengasah keterampilan yang sudah mereka miliki. Di dapur, anak punya banyak kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Karena itu, beri kesempatan sebanyak mungkin bagi anak untuk ikut berperan serta, membantu, mengerjakan bagian-bagian yang bisa atau ingin mereka lakukan. Mungkin mereka ingin membantu menuang air, menaruh gula, memecah telur, mencuci sayur, mungkin menghias kue. Beri kesempatan pada mereka untuk melakukannya. Perbanyak pujian, kurangi kritikan. Tidak masalah kalau hasilnya tidak sempurna, air tumpah sedikit, dapur belepotan dan berantakan. Tentu saja faktor keamanan dan keselamatan perlu dipertimbangkan, misalnya yang berkaitan dengan penggunaan pisau dan kompor. Karena penting dan bermanfaatnya kegiatan masak bagi anak usia dini, maka Pelangi Indonesia menjadikan program Cooking sebagai salah satu program utama, yang diadakan secara berkala. Materi dan jenis masakan yang dikenalkan dalam program Cooking mengutamakan kemudahan dan kesederhanaan. Mudah mendapatkan bahannya, mudah cara memasaknya. Yang utama adalah bahwa sebanyak mungkin anak bisa berperan serta dalam program ini, untuk mengembangkan kemandirian dan rasa percaya diri mereka.

  • Gardening Pelangi Indonesia, Menanam Sansivieria

    Sansivieria, atau lidah mertua, atau snake plant, tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita. Tanaman hias ini cukup populer dan banyak ditanam sebagai pajangan di rumah maupun di kantor. Ini karena sansivieria termasuk tangguh, mampu hidup dan tumbuh dalam kondisi air dan sinar matahari terbatas. Selain sebagai tanaman hias, Sansivieria juga memiliki segudang manfaat. Antara lain sebagai pembersih/pemurni udara alami, penyerap polusi di dalam maupun luar ruangan, penyerap bau dan radiasi, pemasok oksigen dan penyerap karbondioksida, bahkan sebagai anti septik alami dan tonik untuk merawat rambut. Karena itu, cukup beralasan jika pada program Gardening kali ini, anak-anak diajak untuk menanam Sansivieria. Bibitnya dikirim dari sekolah, kemudian anak-anak menanam bibit tersebut di rumah masing-masing, secara bersamaan dalam kelas online. Di antara sejumlah program lainnya, Gardening merupakan salah satu program unggulan Pelangi Indonesia, untuk membangkitkan kesadaran dan kepedulian lingkungan, serta menanamkan kebiasaan mencintai dan merawat lingkungan. Kepedulian lingkungan dan kebiasaan merawat lingkungan memang sangat perlu dikembangkan sejak dini. Selain Gardening, Pelangi Indonesia juga memiliki program rutin yang aktif khususnya sebelum pandemi, yaitu program Tabungan Lingkungan. Setiap seminggu sekali, anak-anak diajak untuk menabung secara sukarela. Pada akhir tahun ajaran, tabungan itu dihitung dan kemudian disumbangkan untuk program-program dan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kepedulian lingkungan. Sejauh ini, Tabungan Lingkungan Pelangi Indonesia telah disumbangkan untuk penanaman mangrove di Pantai Baros, penyelamatan dan perawatan tukik (anak penyu) di Pantai Samas, penyelamatan satwa (melalui Pusat Penyelamatan Satwa Jogjakarta / Wildlife Rescue Center), dan Animal Friends Jogja.

  • Separation Anxiety

    Sekarang memang masih masa pandemi. Kita masih dihimbau untuk tidak banyak keluar rumah. Sedapat mungkin beraktivitas di rumah saja. Bekerja di rumah, menjalankan kegiatan lainnya di rumah, berbelanja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari pun kalau bisa pesan dari rumah saja. Anak-anak juga demikian. Mereka masih harus belajar dan bersekolah di rumah, bertemu dengan teman-teman dan guru secara daring. Kita sebagai orang tua dituntut untuk aktif mendampingi proses belajar anak, lebih dari sebelum-sebelumnya. Ya, kita masih berada di masa pandemi. Tetapi cepat atau lambat, seiring dengan usaha kita semua (pemerintah maupun masyarakat), dengan vaksinasi, dengan mentaati prokes, dengan selalu menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas tubuh, cepat atau lambat virus yang menyebabkan pandemi itu akan bisa kita kalahkan, setidaknya kita kendalikan. Dan kehidupan pun akan berlangsung normal kembali, meskipun mungkin dengan bentuk kenormalan baru yang berbeda dengan sebelum pandemi. Kita bekerja kembali di kantor, di sekolah, di tempat kerja. Demikian juga berbelanja, berekreasi, beraktivitas juga dilakukan kembali di luar rumah. Dan tentu saja, sekolah juga demikian. Anak-anak akan kembali belajar di kelas, bersama dengan teman-temannya. Sekarang ini pun di beberapa wilayah sudah diselenggarakan pembelajaran tatap muka secara terbatas. Cepat atau lambat, semakin banyak daerah dan wilayah yang melaksanakan pembelajaran tatap muka. Meskipun kondisi semacam itu mulai dirindukan dan dibutuhkan, tetapi nantinya kita akan berurusan dengan hal-hal klasik berkaitan dengan bersekolahnya kembali putra-putri kita. Membiasakan kembali rutinitas sekolah, membangunkan anak di pagi hari, menyiapkan baju dan keperluannya, mengantar-jemput mereka. Salah satu masalah yang harus siap kita hadapi mungkin adalah ini : separation anxiety. Separation anxiety adalah kecemasan yang dirasakan anak (khususnya siswa pra-sekolah) ketika harus berpisah dengan orang tuanya, setelah mereka diantarkan ke sekolah. Anak prasekolah umumnya akan melalui masa penyesuaian diri, sebelum beradaptasi sebagai anggota kelompok. Penyesuaian diri seperti ini normal. Reaksi anak menghadapi perpisahan dengan orang tua berbeda-beda. Kecemasan dan tangisan adalah hal yang wajar pada minggu-minggu pertama mereka di sekolah, khususnya di Kelompok Bermain atau Taman Kanak-Kanak. Tingkat kecemasan tiap anak berbeda-beda. Ada yang cepat beradaptasi dan berani bersosialisasi dengan lingkungan barunya. Ada pula yang butuh waktu lebih lama untuk beradaptasi dan bersosialisasi. Untuk mendukung kemandirian anak, diperlukan kerjasama antara orang tua dengan pendidik. Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa kita terapkan saat kita berhadapan dengan masalah kecemasan anak tersebut : Berbicaralah dengan tenang dan santai bahwa Anda tidak bisa ikut masuk dan menemaninya bermain. Pahamilah perasaan anak Anda dan bersikaplah positif terhadap perasaannya. Informasikan bahwa Anda menunggu di ruang tunggu, atau jika pulang yakinkan bahwa Anda akan menjemputnya tepat waktu. Sebutkan nama teman atau pendidik untuk menumbuhkan rasa akrab, katakan bahwa dia akan senang bermain dengan teman-temannya. Berikan pelukan atau ciuman sebelum Anda meninggalkannya. Jangan pergi terburu-buru, menunjukkan keraguan atau kecemasan. Anak dapat merasakannya dan membuatnya makin sulit ditinggalkan. Yang terpenting adalah kerjasama dengan pendidik dan bersikap konsisten dengan kesepakatan yang sudah Anda buat dengan anak.

  • Workhop Penanganan Terintegrasi Perilaku Bermasalah Pada Anak

    Mungkin sudah menjadi harapan umum bagi kita sebagai orang tua, untuk memiliki putra-putri yang cerdas, berkembang semua aspek kecerdasannya secara progresif dan seimbang, berperilaku baik, jujur, penuh sopan-santun, kooperatif, berbakti pada orang tua. Tetapi anak memiliki dunianya sendiri. Kehidupan anak adalah kehidupan yang penuh dinamika. Seperti puisi Khahlil Gibran dalam artikel ini, anak itu tumbuh dan berkembang, berproses, memiliki harapan dan impiannya sendiri, yang mungkin tidak selalu sejalan dengan impian dan harapan kita. Dinamika kehidupan anak kadang-kadang juga memunculkan hal-hal atau masalah-masalah yang kadang tidak kita mengerti. Salah satunya adalah yang diistilahkan dengan perilaku bermasalah. Perilaku bermasalah pada anak adalah semua perilaku yang mengganggu dan diharapkan untuk dihentikan. Perilaku-perilaku semacam ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi anak itu sendiri maupun orang-orang di sekitarnya, membahayakan keselamatan, maupun menyebabkan kekacauan. Menghadapi perilaku bermasalah semacam itu, kadang kita tidak mengerti bagaimana cara yang tepat untuk menghadapinya. Kita mungkin mencari solusi yang tepat untuk mengatasinya. Tetapi untuk bisa menemukan solusi, penyebabnya harus dikenali dulu. Dan bukan hal yang mudah untuk mengenali penyebab, apalagi menemukan solusi terhadap permasalahan itu. Berangkat dari keprihatinan itu, Rumah Psikologi Pelangi Indonesia menyelenggarakan Workshop guna membantu orang tua, pendidik, pendamping anak maupun kalangan masyarakat umum untuk memahami perilaku-perilaku bermasalah pada anak, serta memberikan landasan untuk menangani perilaku-perilaku tersebut dengan hasil yang menggembirakan semua pihak. Dalam workshop ini, kita akan mengenal dan berdiskusi mengenai : 1. Identifikasi perilaku dan menentukan fungsi perilaku tersebut, 2. Merencanakan intervensi yang efektif, 3. Mengembangkan perilaku yang sesuai, 4. Melaksanakan rencana dengan sukacita, 5. Menilai hasil dan kunci sukses menghadapi perilaku bermasalah. Acara akan diselenggarakan secara daring dengan Zoom Meeting pada : 🗓️ Minggu, 5 September 2021 ⏰ 08.00-13.00 🗣️ Narasumber : Dr. Yeni Triwahyuningsih, Psi. MM, Psikolog. (Psikolog, Konsultan, Terapis, Dosen, Penulis, Founder Rumah Psikologi Pelangi Indonesia dan Lembaga Pendidikan Terpadu Pelangi Indonesia) 📝 Pendaftaran https://bit.ly/PenangananPerilakuBermasalah 💵 HTM Rp 150.000,- (termasuk materi PDF dan e-sertifikat) 🛑 KUOTA TERBATAS Peserta: orang tua, pendidik, pendamping anak, psikolog, masyarakat umum ☎️ Contact Person 081 125 6238 (Aci) Diharapkan acara ini dapat membawa manfaat bagi kita, untuk dapat semakin memahami putra-putri kita, semakin mantap dan percaya diri dalam mendampingi anak-anak kita, dalam perkembangannya untuk nantinya menjadi manusia dewasa yang matang, mandiri dan berbahagia.

  • KOPPITZ-2 Sistem Skoring Tes Integrasi Visual Motor Bender Gestalt

    Saat ini terdapat berbagai macam jenis tes psikologi atau psikotes yang dilakukan oleh para psikolog untuk mengetahui kondisi seorang individu sesuai dengan kebutuhannya. Salah satu jenis tes yang ada yaitu Tes Integrasi Visual Motor Bender Gestalt. Tes Integrasi Visual Motor Bender Gestalt merupakan salah satu jenis tes yang digunakan oleh psikolog klinis untuk mendeteksi deviasi pada fungsi persepsi motor yang mengakibatkan perubahan/gangguan pada perkembangan/kematangan fungsi-fungsi seperti fungsi inteligentif, fungsi dari kortikal maupun kesehatan mental. Prinsip utama dari tes Bender Gestalt adalah kemampuan seseorang dalam mempersepsikan sebuah desain menjadi satu kesatuan yang utuh. Tes Bender Gestalt digunakan untuk mengevaluasi kedewasaan visual, gaya menanggapi, reaksi terhadap frustrasi (diagnosa klinis), kemampuan untuk mengoreksi kesalahan, dan organisasi keterampilan perencanaan, dan motivasi. Tes Bender Gestalt juga digunakan sebagai tes perkembangan untuk anak usia 4 tahun sampai dengan 10 tahun, serta sebagai tes diagnosis klinis pada anak-anak usia diatas 10 tahun dan dewasa. Tes Bender Gestalt memiliki dua skoring sistem, yaitu Emotional Indicators (sistem skoring untuk deteksi gangguan emosi) dan Developmental Skoring System (sistem skoring untuk tes perkembangan). Webtraining ini akan membagikan pelatihan mengenai Sistem Skoring Tes Integrasi Visual Motor Bender Gestalt yang dapat digunakan untuk individu normal, individu berbakat istimewa maupun dengan gangguan psikologis seperti Disabilitas Intelektual, Autisme, ADHD, gangguan belajar maupun gangguan emosi serius. Pada kesempatan ini, WebTraining KOPPITZ-2 Sistem Skoring Tes Integrasi Visual Motor Bender Gestalt diperuntukkan bagi Mahasiswa Psikologi, Sarjana Psikologi serta para Psikolog Profesional. Kedepannya, kami harapkan pelatihan-pelatihan serupa dapat diikuti pula oleh para pendidik, orang tua, maupun masyarakat umum

  • Pelatihan Tes Deteksi Dini Disleksia

    Sebagai orang tua, tentunya kita memiliki harapan yang sama, yaitu agar putra-putri kita dapat mencapai perkembangan yang wajar dan seimbang dalam berbagai aspek kecerdasannya. Namun perlu kita sadari pula bahwa setiap anak itu unik dan istimewa. Tingkat dan kecepatan perkembangannya berbeda-beda satu sama lain. Seperti yang bisa kita simak dalam artikel ini, seorang anak mungkin menonjol dalam beberapa aspek kecerdasan, namun kurang menonjol dalam aspek-aspek lainnya. Salah satu aspek kecerdasan penting yang bagaimana pun perlu dikembangkan adalah aspek kecerdasan verbal-linguistik, yang salah satunya berkaitan dengan kemampuan membaca dan menulis. Aspek kemampuan ini kadang mengalami hambatan karena satu dan lain sebab, yang salah satunya diistilahkan sebagai disleksia. Disleksia merupakan gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, atau mengeja. Penderita disleksia umumnya mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan, dan mengubahnya menjadi huruf atau kalimat. Disleksia tergolong gangguan karena kelainan neurobiologis pada bagian otak yang memroses bahasa, dan dapat dijumpai pada anak-anak atau orang dewasa. Meskipun seseorang dengan disleksia kesulitan dalam belajar, gangguan ini sebenarnya tidak memengaruhi tingkat kecerdasannya. Penderita disleksia sulit dikenali karena dari segi penampilan seperti anak normal pada umumnya serta memiliki nilai IQ normal (rata-rata). Oleh karenanya deteksi disleksia sejak dini serta pemberian penanganan yang baik perlu dilakukan agar memberikan hasil yang maksimal. WebTraining Pelatihan Tes Deteksi Dini Disleksia (Tes 3D) ini akan membagikan pelatihan mengenai cara deteksi dini disleksia sebelum anak mulai belajar membaca (5-7 tahun). Diharapkan, dengan terdeteksinya disleksia sejak dini, kita dapat meminimalisir keterlambatan dalam identifikasi dan kekeliruan dalam penanganannya. Webtraining Pelatihan Tes Deteksi Dini Disleksia pada kesempatan ini memang masih dikhususkan untuk para psikolog profesional dan sarjana psikologi. Ke depan, kita harapkan pelatihan-pelatihan yang sangat bermanfaat ini dapat pula diikuti oleh para pendidik, orang tua, maupun masyarakat umum.

  • Ngobrol dengan Anak

    Anakmu Bukanlah Anakmu (Khahlil Gibran) Mereka putra-putri Sang Hidup yang rindu akan dirinya sendiri. Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau. Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu. Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu, sebab pada mereka ada alam pikiran sendiri. Patut kauberikan rumah untuk raganya, tapi tidak untuk jiwanya, Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan, yang tiada dapat kaukunjungi sekalipun dalam impian. Kau boleh berusaha menyerupai mereka, namun jangan buat mereka menyerupaimu, sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur. Pun tidak tenggelam di masa lampau. Kaulah busur, anak-anakmulah anak panah yang meluncur. Dia menentangmu dengan kekuasaan-Nya, Hingga anak panah itu melesat jauh dengan cepat. Meliuklah dengan sukacita dalam rentangan tangan Sang Pemurah, Sebab Dia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat. Sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap. Kutipan puisi dari pengarang kenamaan Libanon itu muncul dalam sarasehan parent meeting Pelangi Indonesia, pada suatu masa di tahun 2015 :) . Tema yang dipilih pada saat itu adalah "Komunikasi Efektif untuk Parenting Sukses", dan oleh Bu Yeyentimalla, S.Kep., Ns., M.Si., narasumber kita, disederhanakan supaya lebih mengena dengan judul "Ngobrol dengan Anak." Bu Yeyen masih aktif sebagai dosen di sebuah universitas di Palangkaraya (meski kala itu sedang cuti karena sedang menempuh pendidikan doktoral bidang Psikologi di UGM), selanjutnya memaparkan bahwa berkomunikasi atau ngobrol dengan anak kita, sejatinya adalah untuk menjalin dan memelihara keterhubungan dengan anak tersebut. Karena itu, mengobrol dengan anak tidak harus mengangkat topik yang "penting" (menasihati, meminta atau melarang anak melakukan sesuatu misalnya - penulis). Kita boleh saja dan mungkin justru dianjurkan untuk lebih sering mengobrol dengan anak tentang hal-hal yang sederhana dan "tidak penting". Menanyakan kabar, memuji, bercanda, bermain bersama, dan semacamnya. Masalah yang sering terjadi saat berkomunikasi dengan anak adalah bahwa orang tua sering menatap masalah anak dengan kacamatanya, sehingga kerap kali terjadi konflik. Seharusnya kita menerapkan komunikasi Merangkul (REACH - Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble). Dalam komunikasi "Merangkul" tersebut, kedua belah pihak saling menghargai, berempati (menempatkan diri pada situasi/kondisi yang dihadapi orang lain), berkomunikasi dengan cara yang dapat dimengerti dengan baik, saling mengungkapkan pesan dengan jelas, dan bersikap rendah hati). Ada beberapa aspek komunikasi yang dipaparkan dalam acara tersebut, antara lain: kesadaran diri klarifikasi nilai eksplorasi perasaan model peran altruisme etik dan tanggung jawab Kesadaran diri kita digambarkan dalam Jendela Johari, seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Di mana seharusnya kita berada? Yang paling dianjurkan adalah pada jendela pertama (Publik), di mana orang lain mengetahui kita dan kita juga mengetahui orang lain. Kemudian klarifikasi nilai. Beberapa orang tua mengganggap anak adalah aset masa depan. Yang lain menganggap bahwa anak bertugas memenuhi harapan/impian orang tua yang belum terwujud. Yang lain lagi menugaskan anak untuk memenuhi harapan ideal orang tua. Apakah anak untuk memenuhi semua hal-hal itu? Puisi Khahlil Gibran yang dikutip di awal tulisan ini bisa menjadi bahan refleksi yang baik. Mengenai eksplorasi perasaan, dalam berkomunikasi seharusnya kita mengeksplorasi perasaan kita sendiri, perasaan anak, dan menggunakan perasaan dengan akurat untuk menjalankan fungsi keterhubungan. Kemudian model peran apa yang kita ambil dalam berkomunikasi dengan anak? Apakah sebagai orang tua (ayah/ibu), yang menghasilkan gaya komunikasi paternalistik, atau sebagai sahabat, yang menghasilkan gaya komunikasi partisipatori. Pilihan ada pada diri kita masing-masing. Sarasehan ini menjadi menarik dan mengena karena Bu Yeyen tidak sekedar memaparkan teori demi teori, tetapi juga membagikan pengalamannya dalam berkomunikasi dengan anak-anak, yaitu keponakan-keponakannya.

  • Anak Kita Pasti Cerdas

    Foto diambil dalam Multicultural Party (diselenggarakan sebelum pandemi). Bila kita mengamati orang-orang di sekeliling kita, terlihat bahwa ternyata banyak sekali orang dewasa yang sukses dalam hidup mereka meskipun "kecerdasan" mereka (sesuai dengan standar tradisional, misalnya IQ) sedang-sedang saja. Banyak orang ber-IQ rata-rata yang berhasil atau sangat berhasil dalam karir, kehidupan sosial maupun keluarga, bahkan jauh lebih berhasil daripada orang ber-IQ tinggi. Hal itu membuat teori Kecerdasan Majemuk yang dicetuskan oleh Gardner pada 1983 semakin diterima dan diterapkan dalam dunia pendidikan, termasuk pendidikan anak usia dini. Menurut konsep Kecerdasan Majemuk, tidak ada anak yang bodoh. Seorang anak mungkin menonjol pada satu atau beberapa aspek kecerdasan, dan kurang menonjol pada aspek-aspek lainnya. Sebaliknya ada anak yang lain kurang menonjol pada aspek-aspek tersebut, namun cukup menonjol pada aspek-aspek lainnya. Ada delapan aspek kecerdasan menurut teori ini, yaitu: Kecerdasan verbal-linguistik: Anak yang menonjol pada aspek ini mampu menggunakan kata-kata dan bahasa dengan mudah, membaca, menulis, mengarang, menggunakan bahasa secara lisan maupun tertulis, dan sebagainya. Kecerdasan logika-matematika: Anak yang cerdas di bidang ini mampu menghitung dengan baik, memiliki ketertarikan dan kemampuan ilmiah yang tinggi, serta umumnya cenderung melakukan sesuatu dengan sempurna dan sistematis. Kecerdasan visual-spasial: Anak dengan kecerdasan ini mampu memvisualisasikan berbagai hal dan berpikir melalui imajinasi visual dan gambar. Misalnya, mereka mungkin suka menggunakan bola dunia untuk mengetahui letak suatu negara. Kecerdasan gerak tubuh: Anak dengan kemampuan ini memiliki koordinasi yang tinggi, taktis, dan sedang menyentuh segala sesuatu. Mereka menyukai kegiatan atletik, seperti berlari, menari, dan sebagainya. Kecerdasan musikal-berirama: Anak-anak ini peka terhadap bunyi-bunyi non verbal, seperti irama, nada, dan pola nada. Mereka senang bersenandung, mudah mengubah suara-suara menjadi irama, dan mengingat melodi. Kecerdasan interpersonal: Anak dengan kelebihan di bidang ini peka dan mengerti perasaan orang lain. Mereka mampu bekerja dalam kelompok dan sering tampil sebagai pemimpin. Kecerdasan intrapersonal: Anak-anak ini peka terhadap perasaannya sendiri, mengerti kelebihan dan kekurangan diri. Biasanya mereka menyimpan catatan dan hasil kerja mereka dengan baik, serta menikmati kesunyian. Kecerdasan alam-natural: Anak-anak ini adalah para pengamat lingkungan yang baik. Mereka senang melakukan percobaan, memilah, mengelompokkan benda, serta senang memelihara hewan dan merawat tanaman. Demikian delapan aspek kecerdasan yang salah satu atau beberapa di antaranya pasti dimiliki oleh anak-anak kita. Tugas kita adalah mengamati, mencermati dan mengenali kecerdasan-kecerdasan tersebut dan membantu serta mendampingi anak-anak kita untuk mengembangkan potensi mereka secara optimal. Sukses untuk anak-anak kita, sukses untuk kita semua.

bottom of page